Home / Artikel / TEATER MENDU NATUNA MULAI DI GANDRUNGI PEMUDA NATUNA

TEATER MENDU NATUNA MULAI DI GANDRUNGI PEMUDA NATUNA

MENDU NATUNA – Mendu merupakan karya budaya yang ditetapkan jadi warisan bersama antara Provinsi Kepri dan Kalimantan Barat. Mendu ditetapkan jadi warisan budaya tak benda (WBTB) bersama Kepri dan Kalbar. Mendu adalah salah satu kesenian khas kabupaten natuna yang berawal dari pulau laut, dan juga dikembangkan oleh orang kaya Maddun. Mendu berasal dari kata menghibur rindu atau hiburan rindu kampung halaman dan kasih sekampung.

Dahulu, legenda Mendu Dewa Mendu dipentaskan pada perayaan-perayaan panggung kehidupan seperti pernikahan dan upacara penyembuhan komunal, seringkali pertunjukan sepanjang malam hingga berhari-hari. Pertunjukan tradisional hingga akhir 1980-an berlangsung selama 4-8 jam dan berakhir setelah tengah malam atau dini hari. Pernah populer pada pergantian abad ke-20 dan pada 1970-an dan 1980-an, teater Mendu dipentaskan di Bunguran, Sedanau, Pulau Tiga, dan Siantan di Kepulauan Natuna(Karen S. Kartomi 1986).

Cerita Mendu yang dipentaskan di Natuna adalah tentang seorang pahlawan yang dikenal sebagai Dewa Mendu, seorang pahlawan Melayu mirip Panji dan petualangannya dengan saudaranya Angkaran Dewa di bumi. Kedua bersaudara ini dihadapkan pada tantangan demi tantangan baik dalam pertempuran fisik maupun kontek mistis, setelah dilemparkan ke salah satu lautan dalam bumi oleh para dewa dari atas. Kisah ini menceritakan tentang banyak perjalanan panjang mereka, dan juga tentang keturunan mereka yang, setelah melintasi bumi jauh dan luas dan memastikan kemakmuran di antara tanah yang mereka kuasai sebagai Sultan Melayu, mereka akhirnya meninggalkan dunia manusia dan kembali ke tanah kelahiran dewa.

Pertunjukan ini terbagi ke dalam tujuh episode. Ketujuh episode tersebut terdiri dari episode pertama yang menceritakan kehidupan khayangan dan turunnya Dewa Mendu dan saudaranya Angkara Dewa ke dunia, hingga bertemunya Dewa Mendu dengan Siti Mahadewi yang kemudian menikah dengannya; sampai dengan episode ketujuh bagaimana Dewa Mendu bertemu dengan anaknya, Kilan Cahaya, dengan diawali perkelahian antar keduanya. Hikayat ini dapat dimainkan dalam beberapa versi, namun tidak menghilangkan inti cerita, Tetapi sekarang Kesenian Mendu menghibur dengan adegan-adegan lucu yang menghibur masyarakat yang menonton.

Keunikannya dari teater mendu ini adalah cerita yang dimainkan tanpa naskah sehingga pemainnya harus memahami alur cerita. Dialognya disampaikan dengan tarian dan nyanyian yang diiringi dengan musik yang khas. Iringan musik menggunakan alat musik gong, gendang, beduk, biola, dan kaleng. Bahasa dalam Kesenian Mendu dipergunakan oleh tokoh-tokoh adalah  bahasa Melayu sehari-hari.

Pada zaman dahulu orang yang paling bertanggung jawab atas berlangsungnya kesenian ini disebut Khafilah. Tugasnya layaknya sutradara yang mengatur jalannya pementasan. Sesekali ia bermadah untuk menyampaikan prolog berisi ringkasan cerita penampilan berikutnya. Sedangkan, yang bertanggung jawab terhadap lingkungan disebut dengan Syekh. Tugasnya melindungi para pelakon dari ancaman kekuatan jahat. Oleh karena itu pementasan mendu memerlukan Pohon Pulai (alstonia scholaris) yang ditanam pada bagian depan panggung sebagai penangkal kekuatan jahat yang dapat mencelakakan pelakon. Syekh maupun Khafilah berada di belakang. Syekh ada kalanya berperan sebagai Khafilah, tetapi tidak untuk sebaliknya.

Maksud dari dewa mendu dalam arti melayu dewa ini adalah orang yang memiliki kesaktian yang melebihi orang pada umumnya, Dahulu pementasan mendu memerlukan waktu yang sangat panjang. Jika keseluruhan episode dimainkan bisa memakan waktu sampai 40 malam namun sekarang dapat diperpendek sampai 3 malam saja. Bahkan, saat ini bisa dimainkan dalam sehari hanya dalam waktu 45 menit sampai 2 jam saja dengan mengambil fragmen yang diperlukan.

Di lihat dari usianya kesenian mendu sudah berusia puluhan tahun bahkan sudah berabad usianya, meskipun tergolong kesenian jadul dan kurang modern dengan pertunjukan teater zaman modern sekarang. Kesenian Teater Mendu ini sudah banyak di minati oleh kalangan anak muda di beberapa wilayah Kepri terutama pemuda di Kabupaten Natuna, mereka sebagai generasi penerus daerah turut melestarikan kesenian ini.

Seperti yang telah di tunjukkan oleh Komunitas Pencinta Seni Natuna dan Ikatan Pelajar Natuna yang sedang menimba ilmu di Yogjakarta , dimana mereka menampilkan kesenian teater mendu ini kepada masyarakat guna mempromasikan bahwa kesenian ini tidak di makan zaman dan masih di sukai oleh anak muda.

Dalam pertunjukan tersebut mereka tidak menampilkan pertunjukan dengan durasi waktu seperti pada zaman dahulu yaitu 7 hari 7 malam, tetapi mereka memangkasnya menjadi 2 jam waktu pertunjukan, dengan di hiasi dengan adegan-adegan jenaka sehingga mengundang decak tawa penonton membuat penonton terhibur, sehingga penepis anggapan masyarakat sekarang bahwa pertunjukan mendu terkesan menoton dan kental dengan mistis. Tetapi sekarang sudah di kemas dengan pertunjukan yang sangat menghibur di hiasi dengan adegan lucu membuat penonton terhibur, ini adalah salah satu daya tarik baru agar masyarakat antusias menyaksikan kesenian mendu.

(Memenuhi Syarat Tugas)

Penulis : Reni Haryanti
Nim : 1215220212
Mata kuliah : Sejarah dan Tamadun Melayu

x

Check Also

Penyampaian Data Stunting Kab Natuna Tahun 2022

>>>Download Dokumen<<<