(wartaKominfo) – Kabupaten Natuna merupakan daerah dengan potensi perikanan yang cukup besar, namun potensi tersebut tidak menjamin kestabilan harga ikan laut dipasaran. Pada musim-musim tertentu, harga ikan bisa jadi melambung tinggi.
Dari pantauan pewarta Kominfo, dalam beberapa minggu ini, harga ikan dipasaran mengalami kenaikan harga dua kali lipat dari biasanya. Naiknya harga ikan laut ini tentu saja dikeluhkan konsumen, khususnya ibu rumah tangga. Hal tersebut menjadi pertanyaan tentang bagaimana tata kelola perikanan di Kabupaten Natuna sehingga belum memberikan dampak ekonomis bagi nelayan ataupun turunan dari pengolahan ikan yang juga berdapak bagi konsumen yaitu ketidakstabilan harga ikan.
Menyikapi hal tersebut, Ahmad Luanda Rangkuti, Kabid Perindag Disperindagkop UM Kabupaten Natuna yang hadir dalam kegiatan acara Kopi Pagi edisi Jum’at, (06/03) mengatakan, bahwa salah satu faktor penyebab kelangkaan pasokan ikan dipasar yang menyebabkan harga ikan terbilang mahal adalah kondisi cuaca yang masih ekstrim di perairan Natuna.
“Mungkin permasalahan yang timbul saat ini karena kelangkaan pesokan ikan khusunya di pasar ranai sehingga menimbulkan kenaikan harga. Nelayan kita saat ini mengalami kesulitan dalam hal melaut karena cuaca buruk dan ekstrim, otomatis aktivitas mendapat ikan rendah. Kalau berani pun hasil tangkapannya tidak maksimal” ungkap Luanda.
Ia mengatakan, hal tersebut sebenarnya sebuah dilema yang dialami nelayan. “Harga ikan mahal tapi nelayan tidak mendapat tangkapan banyak. Biaya produksi juga mahal” kata Luanda
Ahmad mengatakan, pihaknya juga mengkhawatirkan kondisi harga ikan yang tidak stabil ini berlangsung terus-menerus. “Kalau kita mengalami kenaikan harga terus menerus kemampuan beli dari konsumen akan menurun. Ikan akan menyumbang implasi terhadap perekonomian kita” ujar Luanda.
Sementara itu, Penanggung Jawab Pengelola Pelabuhan SKPT Selat Lampa, Muhammad Solikhin yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa keberadaan SKPT adalah untuk memberi pelayanan terkait perikanan, namun ia mengakui untunk operasionalnya, SKPT belum memadai. Masih ada beberapa hal yang perlu dtambah lagi.
“Masih tahap proses juga. Dari sarana dan prasarana, juga sumber daya mmanusia masih terbatas. Sarana yang masih kurang seperti pabrik es semoga ditambah lagi, dermaga yang lebih panjang, kolam pelabuhan, dan perbengkelannya.” tutur Solikhin.
Selain itu, Solikhin juga mengungkapkan bahwa selama ini memang Kapal-Kapal 30 GT sudah mendarat di SKPT tetapi ikan nya belumm didaratkan sama sekali di SKPT. Sehingga perlu diatur regulasi yang tegas dan jelas untuk kapal kapal tersebut.
Selanjutnya, Penanggung jawab perum perindo unit Natuna, Roberto mengakui bawa pihaknya sempat membahas keadaan ini di internal mereka. Bersama Disperindag, Perindo juga melakukan operasi pasar. “kenaikan harga atau tidak stabilnya harga ikan biasa terjadi juga ditahun sebelumnya. Namun pada tahun ini, agak khas. Karena musim utara yang cukup panjang” kata Robert.
Mengenai ketidakstabilan harga ikan ini, Disperindag berharap ada lembaga khusus yang mengurus masalah ikan. “Kalau stok kurang ada lembaga yg ditunjuk untuk mengabil ikan ke perindo. Jangan individu-indibidu” pungkas nya.
(Diskominfo/Fera)