Home / Natuna News / Yuk, Kenalan Dengan Geosite & Geo-area di Geopark Natuna

Yuk, Kenalan Dengan Geosite & Geo-area di Geopark Natuna

Pengangkatan status Kawasan Natuna menjadi Geopark Nasional yang ditandai dengan penyerahan sertifikat dari Komite Nasional Geopark Indonesia akhir November lalu memberikan angin segar bagi Natuna untuk terus melanjutkan program yang didukung oleh lintas sektoral pemerintahan ini. Pencanangan kawasan Natuna menjadi Geopark Nasional memang sudah lama dilakukan. Dengan berbagai sosialisasi, kajian-kajian, dan berbagai rekomendasi, akhirnya secara administrasi dan teknis kawasan Natuna disetujui sebagai Geopark Nasional Indonesia.

Geopark merupakan sebuah konsep manajemen pengembangan suatu kawasan (dengan luas tertentu) secara berkelanjutan yang memadu-serasikan tiga keanekaragaman alam, yaitu geologi (geodiversity), hayati (biodiversity) dan budaya (culturaldiversity). Dalam pengembangannya, konsep ini berpilar pada aspek Konservasi, Edukasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Penumbuhan Nilai Ekonomi Lokal melalui geowisata.

Sejalan dengan itu, dari hasil cuap-cuap saya dengan bang Kiki, salah satu anggota tim promosi Geopark Natuna via pesan WA, dia menyebutkan bahwa konsep geopark adalah sebuah kawasan yang tidak boleh berubah bentuk alaminya dan melibatkan masyarakat tempatan untuk menjaga dan mengolahnya sehingga bisa dimanfaatkan untuk menjadi objek wisata, tempat penelitian, konservasi flora dan fauna dan lain-lain yang sifatnya tidak merubah tatanan. Dari situ, maka nanti akan menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan arah pembangunan yang disesuaikan dengan konsep geopark itu sendiri. Bayangkan saja, 30 tahun yang akan datang kita masih bisa menikmati indahnya Batu Sindu di Senubing dengan pemandangan yang sama seperti sekarang ini. Karena ia sudah “dipatenkan” sebagai kawasan geopark dimana geosite tidak boleh dirubah tatanannya.

Nah menurut pengertian diatas, suatu kawasan bisa disebut sebagai geopark jika didalamnya terdapat keanekaragaman geologi, biologi dan budaya serta luasan area yang cukup untuk pembangunan ekonomi lokal serta mengajak peran serta masyarakat sekitar untuk sama-sama saling menjaga dan mendukung kelestarian alam yang ada di sekitar situs Geopark.  Luasan area yang dimiliki oleh Natuna sudah memenuhi syarat untuk ditetapkannya sebagai Geopark Nasional, ia terbentang dari bagian selatan hingga ke utara dan menutupi hampir separuh sisi timur pulau Bunguran. Batuan granit merupakan daya tarik utama dari situs Geopark Natuna. Konon usia batuan granit beragam ukuran ini sudah mencapai ratusan juta tahun, sangat menarik untuk diteliti bukan? Nah kali ini saya akan ajak kalian untuk “berkenalan dengan geosite-geosite yang -sejauh ini- masuk dalam Geopark Natuna. Kita mulai “virtual tour” kita ini dari site yang terdekat dari bandara dan kota, asumsi saja kita adalah para wisatawan atau para peneliti dan “tukang” konservasi yang berkunjung ke Geopark Natuna.

1. Senubing (Bunguran Timur)
Ini merupakan geosite pertama dan yang terdekat dengan bandara dan kota yang memungkinkan dikunjungi pertama kali. Letaknya berjarak sekitar 3 sampai 5 km dari pusat kota Ranai, kita akan melewati Masjid Agung Natuna jika akan pergi ke geosite ini. Boleh lah mampir sebentar untuk wisata religi. Senubing merupakan sebuah semenanjung indah dengan hiasan batuan granit yang terhampar. Laut Natuna Utara dan Pulau Senua juga siap melengkapi pemandangan di sini. Ada beberapa objek yang berada di sekitar Senubing ini seperti Batu Kapal, Batu Datar, Batu Sindu dan Batu Rusia. Site Senubing memang banyak “dihuni” oleh batuan granit beragam ukuran yang beberapa telah saya sebutkan diatas. Disamping geodiversity, area Senubing merupakan habitat dari Kekah (Presbytis Natunae) yang merupakan primata endemik nan unik yang berasal dari Natuna. Dari segi budaya dan sejarah, ada Batu Rusia yang menjadi saksi bisu para korban selamat dari kapal yang tenggelam di perairan sekitar Pulau Senua. Ada juga Batu Kapal yang punya cerita mirip seperti Malin Kundang di Sumatera Barat.

Senubing

2. Taman Batu Alif (Bunguran Timur) 
Siapa yang tak kenal geosite yang satu ini. Letaknya sekitar 5 km dari geosite yang pertama tadi, kita hanya tinggal meneruskan perjalanan ke arah utara sekitar 10 menit berkendara. Baru-baru ini Alif Stone Park menyabet penghargaan bergengsi dunia pariwisata Indonesia dalam kategori wisata terunik dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) award 2018. Yap, memang unik, tanjung kecil di Desa Sepempang ini dipenuhi oleh tumpukan batuan granit yang berserakan dari darat hingga ke laut. Oleh pengelolanya, Batu Alif ini disulap jadi taman bebatuan yang ngademin, ragam tanaman hias mengisi sela-sela batuan dan ditambah dengan fasilitas homestay yang siap mengakomodasi kamu kamu semua. Pulau Senua masih jadi pemandangan indah baik di waktu pagi, siang sampai petang dari sini. Batu Alif juga tempat yang pas untuk para pecinta sunrise dan sunset. Penasaran, makanya datang. 😃

Batu Alif

3. Gua dan Pantai Bamak (Bunguran Timur Laut)
Geosite ketiga ini terletak di Kecamatan Bunguran Timur Laut, kira-kira membutuhkan waktu 30 menit berkendara dengan kecepatan rata-rata dari geosite kedua untuk sampai ketempat ini. Kawasan Bamak merupakan semenanjung kecil yang terdiri dari pantai berpasir putih dengan singkapan batuan sedimen di tepain pantai hingga laut. Di sekitar situs Bamak ini terdapat Pulau Sahi, sebuah gundukan batu besar berjarak 100 – 200 meter dari bibir pantai. Sangat unik untuk diteliti secara geologi bagaimana terbentuknya pulau ini. Meski secara kultur, cerita-cerita rakyat sudahpun berkembang luas di masyarakat mengenai pulau batu ini.

Pantai dan Gua Bamak

4. Tanjung Datuk (Bunguran Utara)
Menurut bang Rodhial Huda (pakar Maritim asli Natuna), beliau mengatakan pulau Bunguran ini memiliki 4 pemecah ombak alami di empat penjuru pulau, (sssstttt, tiga diantaranya masuk dalam wilayah Geopark Natuna, lho). Ini merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang Ia berikan kepada Natuna. Nah Tanjung Datuk ini adalah salah satu diantara yang berada di penjuru utara. Berjarak sekitar 20 – 30 menit berkendara ke arah utara dari geosite Bamak, tebing batuan raksasa berdiri gagah menantang ombak Lautan Natuna Utara untuk dijinakkan. Di area ini juga terdapat singkapan lapisan batuan yang menarik untuk diteliti. Dalam ilmu geologi, batuan-batuan yang tersingkap umunya bisa menunjukan peristiwa dan gejala geologi di suatu tempat tersebut, juga bisa menunjukkan  mineral dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, seperti migas dan bahan tambang. Di area ini vegetasi sudah agak berubah, berbeda dengan geosite sebelumnya. Tanaman kantong semar bisa kita temukan disini. Untuk culturaldiversitynya, Tanjung Datuk merupakan cerita rakyat yang sudah melegenda, erat kaitannya dengan Senubing, geosite pertama tadi. Dan geosite Tanjung Datuk menjadi geosite terakhir untuk sebelah utara ini.

Tanjung Datuk

5. Batu Kasah (Bunguran Selatan) 
Perjalanan berlanjut ke arah selatan, geosite Batu Kasah. Jarak dari kota Ranai menuju site ini berkisar antara 25 – 30 km, sekitar 45 menit berkendara dengan kecapatan rata-rata (jangan ngebut, tidak bisa nikmatin alamnya nanti). Sama seperti Batu Alif, Batu Kasah merupakan hamparan bebatuan granit yang tersebar dan ada juga yang bertumpuk-tumpuk seakan membentuk formasi di tengah laut. Di sekitar situs ini ada banyak batu-batu yang sangat sayang untuk dilewati, mulai dari Batu Kuoun, Batu Madu, Batu Serapong, dan Batu Kasah itu sendiri, masing-masing punya hikayat untuk melengkapi culturaldiversity situs ini.

Batu Kasah

6. Pulau Akar (Bunguran Selatan)
Terus melanjutkan perjalanan ke arah selatan, maka kita akan sampai ke Desa Cemaga, ibukota Kecamatan Bunguran Selatan. Kita membutuhkan waktu 15 menit dari situs Batu Kasah ke situs Pulau Akar ini. Pulau Akar merupakan tumpukan bebatuan berukuran sedang yang bertumpuk tak jauh dari pinggir pantai Cemaga. Tumpukan bebatuan itu menjadi sebuah pulau kecil nan imut yang menghiasi pemandangan alam pantai Cemaga. Oleh pemerintah dibuatkan jembatan dan pelabuhan agar kita bisa dengan mudah untuk menuju kesana dengan berjalan kaki. Ikan-ikan kecil, kepiting, udang dan binatang laut lain juga seakan siap menemani jalan singkat kita di pelabuhan menuju pulau ini. Pulau kecil seluas 50 meter persegi ini ditumbuhi oleh pepohonan yang jika dilihat dari jauh seperti serabut, itu yang mendasari masyarakat menamainya dengan Pulau Akar. Dari jauh pula terlihat pohon kelapa yang tumbuh tinggi menjulang ditengah-tengah pulau, sehingga kami kadang menyebutnya bikini bottomnya Natuna (pulau diserial kartun Spongebob).

Pulau Akar

7. Pulau Setanau (Pulau Tiga)
Setelah dari Pulau Akar, perjalanan kita lanjutkan menuju Pulau Setanau. Pulau Setanau terletak di kecamatan Pulau Tiga, akses untuk menuju kesana adalah melewati pelabuhan Selat Lampa. Dari situs Pulau Akar, kita membutuh waktu 45 – 60 menit berkendara untuk sampai ke daerah Lampa. Baru kemudian kita menyewa perahu mesin dan menyebrang menuju Pulau Setanau. Perahu mesin (orang Ranai menyebutnya mutur), merupakan transportasi utama bagi masyarakat Pulau Tiga, juga digunakan untuk mencari ikan. Pulau Setanau merupakan pulau kecil dari yang berada di tengah-tengah Selat Lampa, ini situs geopark Natuna yang terindah menurut saya. Pasir putih dengan laut biru merupakan pemandangan utama situs ini. Di sekitar Pulau Setanau juga bisa dijadikan tempat diving bagi kamu kamu yang suka dengan kegiatan yang memacu adrenalin ini. Di seberang pulau Setanau berdiri kokoh tebing raksasa yang siap memecah ombak, kami menyebutnya Setekul, pemecah ombak yang “bertugas” di wilayah selatan pulau Bunguran. Dan ini merupakan ujung selatan dari situs Geopark Natuna.

Setanau

8. Gunung Ranai (Bunguran Timur)
Saya sengaja menaruh Gunung Ranai didaftar-daftar akhir.  Gunung Ranai merupakan gunung tertinggi di Kabupaten Natuna. terletak di Kecamatan Bunguran Timur, Gunung ini memiliki tiga cabang di puncaknya yang terdiri dari batuan granit besar. Menikmati geosite gunung Ranai kita bisa berjalan dari pos pertama melewati jalur pendakian. Jangan lupa singgah ke air terjun untuk sekedar istirahat sebentar sambil membasuh muka, merasakan segarnya mata air Natuna, air yang sejak dulu kala menjadi pilihan para pelaut untuk dijadikan bekal melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan kita dikelilingi oleh vegetasi khas dataran tinggi, ada juga pohon belian yang bisa tumbuh hingga berdiamter 5 meter lebih. Hati-hati dengan lintah jika kita mendaki saat musim hujan, kita juga bisa menemukan kepiting kecil berwarna merah, ulat kaki seribu berukuran besar, dan beragam fauna lain untuk melengkapi biodiversity situs ini.

Gunung Ranai

 

9. Pulau Senua (Bunguran Timur)
Saya juga sengaja meletakkan Pulau Senua dibagian akhir. Meski ia berada di tengah kota dan sejalur dengan 4 situs pertama tadi, mengunjungi pulau Senua harus memiliki waktu yang lebih, karena jika digabung dengan perjalanan ke situs lain, maka tidak akan puas untuk bergeowisata di pulau ini. Pulau Senua merupakan salah satu pulau terluar yang dimiliki kabupaten Natuna, terletak di sisi timur pulau Bunguran, pulau ini merupakan destinasi unggulan wisatawan. Dari kota Ranai, kita menuju ke pelabuhan Teluk Baruk yang terletak diantara geosite Senubing dan geosite Batu Alif, sekitar 20 menit berkendara. Setelah tiba dipelabuhan, kita bisa menyewa mutur untuk menuju kesana, waktu yang ditembuh untuk membelah selat Senua berisar 25 – 40 menit. Sepanjang perjalanan kita bisa menikmati pemandangan alam yang luar biasa indah. Batu Sindu di sisi kanan, Batu Alif, hingga Tanjung Datuk di sisi kiri, pantai dan gunung Ranai di belakang, dan pulau Senua menanti di depan, duhai nikmat mana lagi yang kau ingin dustakan? Setelah sampai, maka nikmatilah sepuas hati pulau kecil diperbatasan NKRI ini. Pulau Senua juga merupakan surga snorkling dan diving bagi kamu kamu yang suka dengan kegiatan ini, terumbu karang indah serta biota laut lainnya akan siap menemani kamu  kamu menjelajah alam di salah satu geosite terbaik milik Geopark Natuna ini.

Senua

Nah itu tadi penjelasan singkat mengenai situs-situs Geopark Natuna, lebih banyak dan berfokus ke geodiversitynya. Nanti insya Allah akan kita ulas satu persatu yaps. Adapun biodiversity atau keragaman hayatinya adalah flora dan fauna yang ada di sekitaran geosite yang mesti kita lestarikan dan melakukan konservasi lebih lanjut. Sementara untuk keragaman budaya atau culutraldiversity sedang dalam proses, dan beberapa masih dalam penelitian dan kajian yang nanti akan diajukan kembali untuk masuk dalam daftar Geopark Natuna. Biodiversity sejauh ini yang diketahui adalah tanaman mangrove, kekah, kupu-kupu, pohon belian, kepiting gunung, burung serindit, dan lain-lain. Sementara culturaldiversity yang berpotensi dan kemungkinan besar akan ada dalam list Geopark Natuna adalah kesenian Mendu, Gasing, Alu, Hadrah, Batik Tikar, Museum Sejarah (Srindit) Natuna, dan lain-lain.

Mari dukung Geopark Natuna sebagai Geopark Nasional, untuk selanjutnya masuk dalam Jaringan Geopark Dunia.
Natuna bisa!

Sumber Foto :
Akun FB Raja Darmika
Akun FB Kiki Firdaus (IG @qqfirdaoes)
Naen Noan

Sumber : http://naldoleum.blogspot.com/2018/12/site-site-geopark-Natuna.html

Sumber Gambar : https://4.bp.blogspot.com/-AouT8yjEchQ/XAuT1b6NyOI/AAAAAAAARm4/wNNKqQ3k8conlNFTR1bskM8N8RXzB54DwCLcBGAs/s1600/Peta%2BSite%2BGeopark.jpg

Sumber Gambar : http://naldoleum.blogspot.com/2018/12/site-site-geopark-Natuna.html

x

Check Also

Bupati Natuna Serahkan Bantuan Hibah Mobil Tangki Air Kepada PDAM Natuna

(wartaKominfo) – Bupati Natuna, Wan Siswandi didampingi oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum ...