Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan informatika (BAKTI) optimistis, satelit Palapa Ring selesai dibangun pada akhir 2018 dan bisa dimanfaatkan tahun depan. Sejalan dengan hal itu, BAKTI mengusulkan dua skema penerapan tarif penggunaan Palapa Ring kepada operator.
Pertama, tarif layanan bandwidth yang dikenakan untuk penyewaan jaringan aktif layanan tulang punggung Palapa Ring. Direktur Utama BAKTI Anang Latif menjelaskan, ada dua pertimbangan dalam menetapkan tarif ini yakni referensi harga pasar dan fakor penyesuaian operator. “Skema tarif ini masih usulan ke Kementerian Keuangan,” ujar dia saat Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi I di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/5).
Melalui skema tarif layanan bandwidth, operator akan mendapat diskon. “Tetapi semakin banyak operator di wilayah tersebut, maka diskonnya akan semakin berkurang,” kata dia. Misalnya, hanya ada satu operator yang beroperasi maka diskon yang diterima 50% dari yang harus dibayarkan per tahunnya.
Lalu jika ada dua operator yang beroperasi, maka diskonnya berkurang menjadi hanya 33%. Jika jumlah operator bertambah lagi menjadi tiga, diskon pun berkurang lagi menjadi 25%. Kemudian diskonnya menjadi 20% jika ada empat operator, lalu menjadi 17% untuk lima operator, dan 14% untuk enam operator.
“Semakin banyak operator di suatu wilayah itu menunjukan perekonomiannya baik, makanya diskonnya dikurangi,” kata Anang.
Cara menghitung tarifnya yakni harga acuan dikalikan satu dikurangi faktor penyesuaian operator. Dari hasil diskusi selama ini, kata dia, ada lima skenario harga acuan yang diusulkan. Pertama, mengacu pada harga satelit di Indonesia dan internasional sehingga kisaran tarifnya Rp 3,3 juta hingga Rp 26,7 juta per mega byte per second (mbps) per bulan.
Kedua, skenario tarif opportunity cost dengan kisaran harga Rp 2,1 juta-Rp 2,5 juta per mbps per bulan. Ada pula skenario serat optik domestik dengan rentang tarif antara Rp 536 ribu-Rp 2,7 juta per mbps per bulan. Lalu skenario keempat, yakni harga acuan berdasarkan kabel serat optik di Jawa dan Sumatera, dengan kisaran tarif Rp 40 ribu-Rp 75 ribu per mbps per bulan.
Lalu yang terakhir, skenario kabel serat optik internasional dengan kisaran harga Rp 229 ribu-Rp 4,9 juta per mbps per bulan. Dari kelima skenario ini, menurutnya harga acuan berdasarkan serat optik domestik lah yang paling ideal.
Adapun skema tarif kedua, yakni layanan dark fiber yang dikenakan untuk penyewaan jaringan pasif layanan Palapa Ring. Formula tarif ini menghitung dari rasio kabel dikalikan panjang kabel laut dan panjang kabel darat.
Secara keseluruhan, Palapa Ring paket barat sudah beroperasi penuh. Saat ini, Palapa Ring paket barat sedang diujicobakan secara komersial hingga Agustus 2018. Sementara paket tengah sudah mencapai pembangunan 77% dsn paket timur 46%. Palapa Ring ini menghubungkan 57 kabupaten, melalui 33 kabupaten yang sudah lebih dulu terhubung dengan jaringan internet.
Reporter: Desy Setyowati
Sumber : https://katadata.co.id/berita/2018/05/23/selesai-dibangun-2018-ini-dua-skema-tarif-palapa-ring