Home / Opini / Pentingnya Integritas Dalam Bekerja

Pentingnya Integritas Dalam Bekerja

Oleh : AJ SUHARDI

When you are looking at the characteristics on how to build your personal life, first: comes integrity; second: motivation; third: capacity; fourth: understanding; fifth: knowledge; and last : experience” (John C, Maxweel, 2012)

Without integrity, motivation is dangerous
Without motivation, capacity is impotent
Without capacity, understanding is limited
Without understanding, knowledge is meaningless
Without knowledge, experience is easy to provide and quickly put to use by people with all other qualities. (Staphen R. Covey, 1989)

(Tanpa integritas, motivasi menjadi berbahaya; tanpa motivasi, kapasitas menjadi tidak berdaya; tanpa kapasitas, pemahaman menjadi terbatas; tanpa pemahaman, pengetahuan tiada artinya; tanpa pengetahuan, pengalaman menjadi buta)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas (Integrity) diartikan sebagai mutu, sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Kamus Oxford bahkan menghubungkan pengertian tersebut dengan kepribadian seseorang yang jujur dan utuh, sehingga banyak yang menyamakan integritas dengan keunggulan moral, etika, bahkan dengan sebuah jati diri.

Wikipedia mempertegas pengertian integritas sebagai sebuah konsep yang menunjukkan konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip, bukannya hypocrisy (hipokrit/munafik). Nilai dan prinsip yang dimaksud bermuara pada kebenaran yang hakiki. Sehingga ajaran agama, nilai moral, etika, adat istiadat, kejujuran, tanggungjawab, konsisten, setia pada komitment, dapat dipercaya, adil, dll. merupakan kata kunci untuk mewujudkannya.

Maka implementasi integritas bagi aparatur nagara/pegawai negeri harus diwujudkan dalam cara bertindak yang konsisten sesuai norma agama, hukum/peraturan dan adat istiadat, nilai-nilai etika perilaku dalam menjalankan komitmen, profesi dan kebijakan organisasi/institusi, walau dalam keadaan sulit untuk dilakukan.Dengan kata lain integritas tersebut harus dibuktikan melalui pernyataan atau janji kepada diri sendiri tentang komitmen untuk melaksanakan tugas, tanggungjawab, wewenang sesuai regulasi yang mengaturnya.

Hubungan Integritas dan Pemimpin

Integritas dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya dibutuhkan oleh seorang pemimpin namun juga oleh semua komponen yang dipimpin. Integritas sebagai pemimpin dapat membawa yang dipimpin menjadi lebih baik dan akan memberikan pelayanan kepada siapa saja yang dipimpinnya, bukan sebaliknya. Sedangkan pengikut/yang dipimpin (yang memiliki integritas) akan melayani pimpinannya dengan baik selama pemimpin tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai integritas.
Integritas berhubungan erat dengan dedikasi dan upaya untuk mencapai tujuan. Integritas diharapkan dapat menjaga seseorang agar tidak keluar dari ‘Jalur” dalam upaya memperoleh sesuatu atau dalam mencapai tujuan. Maka, seseorang yang berintegritas, tidak akan mudah terjebak penyalahgunaan wewenang, melanggar hukum/aturan, menghalalkan segala cara dan melakukan tidakan-tindakan tidak terpuji lainnya.

Seseorang yang berintegritas lebih menyukai proses yang benar untuk menghasilkan sesuatu yang benar. Artinya hasil atau output tidak akan menjustifikasi rangkaian proses dan proses itu sendiri tidak akan menjustifikasi output yang akan dicapai, keduanya harus berjalan sesuai ketentuannya. Sehingga jalan pintas yang melanggar ketentuan/regulasi/komitmen, melanggar etika/moral/agama/adat istiadat, merugikan orang lain, menghalalkan segala cara dan sebagainya harus selalu dicegah dan dihindarkan.

Untuk Apa Integritas Dibangun?

Tiongkok Kuno dalam mengupayakan keamanan bagi rakyatnya dari serangan kelompok Barbar Utara, telah membangun tembok yang tinggi, tebal dan kuat. Dalam 100 tahun pertama, tembok raksasa itu mampu melindungi rakyatnya dari kebuasan kelompok Barbar Utara, karena tidak satupun musuh yang mampu menembus, memanjat maupun mendobrak tembok tersebut. Namun dalam serangan pertama pada 100 tahun kedua, kelompok Barbar Utara berhasil memporak-porandakan kekuatan dan pertahanan rakyat Tiongkok Kuno.
Mengapa hal itu terjadi ? Ternyata Kelompok Barbar Utara yang semula nyaris putus asa menghadapi tembok raksasa Tiongkok Kuno, melakukan perubahan strategi dengan berkolusi kepada petugas penjaga pintu gerbang tembok. Sejumlah petugas disogok dengan sejumlah kepingan emas, agar berpura-pura disandra oleh kelompok Barbar Utara. Sehingga kelompok Barbar Utara dengan mudah mesuk ke dalam benteng pertahanan Tiongkok Kuno dan melumpuhkan semua pasukan Tiongkok Kuno.
Kisah di atas bukan sekedar tontonan heroik tokoh legendaries Tiongkok abad ke XVI. Film garapam Kitami Masao, itu sarat dengan pesan moral bahwa keberhasilan Tiongkok Kuno membangun tembok raksasa dengan pengorbanan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit, ternyata sia-sia tanpa disertai pembangunan intergritas generasi penerusnya. Sehingga generasi penerus yang ditugasi dan diamanahkan menjaga pintu gerbang tembok dengan mudah melakukan penghianatan yang merugikan seluruh rakyat Tiongkok Kuno.
Maka kebiasan dan toleransi pelanggaran regulasi, etika, komitmen dan lain-lain dalam kehidupan sehari-hari di negeri ini, harus segera diminimalisir bahkan dicegah sedini mungkin. Dikhawatirkan gejala yang akan memiskinkan integritas tersebut, seperti kebiasaan korupsi, kolusi dan nepotisme akan berkembang menjadi budaya yang diwajarkan atau diterima dikalangan masyarakat. Apabila hal itu terjadi, maka ibarat kapal yang lambungnya bocor di mana-mana tidak diperbaiki, akan segera tenggelam ke dasar laut.

Pengaruh Integritas

Sebuah penelitian yang dipublikasi Theron Q. Dumont dalam The Power of Concentration, menyebutkan bahwa perbedaan antara negara kaya (maju) dan negara miskin (berkembang) tidak tergantung pada usia negara tersebut. Contohnya India dan Mesir, yang usianya lebih dari 2000 tahun sampai kini masih tergolong negara terbelakang (miskin). Sebaliknya Singapura, Kanada, Australia dan New Zealand yang baru berusia kurang dari 150 tahun justru tergolong negara maju, pendapatan penduduknya di atas rata-rata standard kebutuhan dasar optimal.
Ketersediaan sumber daya alam suatu negara pun tidak menjamin bahwa negara itu akan menjadi kaya atau miskin. Jepang yang mempunyai area terbatas, yang luas daratannya 80% berupa gunung tandus yang tidak cocok untuk pertanian dan peternakan, justru menjadi raksasa ekonomi nomor dua (2) di dunia. Jepang laksana “negara industri terapung” pengimpor bahan baku dari segala penjuru dunia dan pengekspor barang jadi ke segala penjuru dunia. Jepang merupakan negara yang diperhitungkan dalam penguasaan teknologi di berbagai bidang.
Swiss yang tidak memiliki perkebunan coklat, justru terkenal sebagai negara penghasil olahan coklat terbaik di dunia. Swiss juga dikenal sebagai negara produsen susu kemasan terbaik (Nestle adalah perusahaan makanan yang diperhitungkan oleh negara-negara Eropa dan AS). Padahal luas daratan Swiss hanya 11 % yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian, perkebunan dan peternakan. Bank-Bank di Swiss sangat disukai konglomerat di seluruh penjuru dunia. Termasuk milyuner-milyuner Indonesia yang senang menyimpan uangnya di sejumlah Bank di Swiss.
Theron Q. Dumont juga memaparkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecerdasan manusia di suatu negara, yang membedakannya hanya kesempatan memperoleh pendidikan. Para imigran yang dikatakan pemalas di negara asalnya, justru menjadi sumber daya yang produktif di negara-negara Eropa. Bahkan ras/perbedaan warna kulit pun bukanlah faktor penting dalam menentukan kaya miskinnya suatu negara.
Lalu apa perbedaan yang mendasari kaya miskinnya suatu negara itu? Menurut Theron Q. Dumont, perbedaannya terletak pada sikap dan perilaku masyarakatnya, yang dibentuk melalui kebudayaan dan pendidikan. Berdasarkan analisis atas sikap dan perilaku masyarakat di negara maju (kaya), ternyata mayoritas penduduk negara maju tersebut mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan yang dikenal dengan istilah integritas diri. Lagi-lagi, Integritas ini menjadi modal dasar mencapai kemajuan.

Memaknai Integritas

Menyimak betapa pentingnya membangun integritas dalam ilustrasi kisah-kisah di atas, apalagi digambarkan bahwa integritas memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan dalam berbagai hal. Maka sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), tidak boleh lengah dalam mengimplementasikan integritas, melalui sumpah dan janji yang tertuang dalam naskah sumpah yang pernah diucap ketika dilantik sebagai PNS maupun dalam pengukuhan sumpah jabatan. Secara sederhana Integritas bagi PNS tersebut dapat dimaknai sebagai berikut:

Pertama, Integritas dimaknai sebagai sebuah komitmen dan loyalitas. Komitmen adalah janji pada diri sendiri maupun orang lain yang tercermin dalam tindakan, sikap dan perilaku seseorang. Sedangkan loyalitas merupakan pelaksanaan komitmen sesuai ketentuan yang berlaku. Seseorang yang loyal akan patuh terhadap ketentuan yang mengatur sikap, perilaku dan perbuatannya. Sehingga komitmen menuntut seseorang menepati janji walaupun dalam keadaan sulit. Faktor pemicu kegagalan dalam melaksanakan komitmen antara lain; keyakinan yang goyah, gaya hidup yang salah, pengaruh lingkungan dan keliru memaknai loyalitas.

Kedua, Integritas dimaknai sebagai sebuah tanggungjawab. Tanggungjawab identik dengan kedewasaan bertindak. Seseorang yang bertanggungjawab tentu akan bersedia menghadapi resiko, memperbaiki keadaan dan melaksanakan kewajiban dengan kemampuan terbaiknya. Sebaliknya seseorang yang melarikan diri dari tanggungjawab akan merasa sedang terlepas dari sebuah beban, padahal justru sebaliknya akan menambah beban baru bagi dirinya. Artinya semakin seseorang lari dari tanggungjawab, maka dia akan semakin kehilangan tujuan dan makna hidup, bahkan banyak yang akhirnya jadi pecundang/penghasut.

Ketiga, Integritas dimaknai sebagai kualitas dan disiplin diri. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh sejumlah daya dukung seperti pengetahuan, keterampilan, wawasan, kejujuran, kesetiaan dan sebagainya. Sedangkan disiplin diri berarti melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan melalui pengendalian diri dan sikap hidup yang teratur serta seimbang. Disiplin diri dapat membentuk kualitas hidup seseorang. Sikap disiplin tidak identik dengan kerja keras tanpa istirahat,

Keempat, Integritas dimaknai sebagai sebuah konsistensi. Seseorang dapat dikatakan konsisten apabila tetap pada pendiriannya. Ketegasan pada keputusan dan pendirian yang tidak tergoyahkan tersebut bukan berarti sikap keras dan kaku. Namun lebih ditekankan pada sikap untuk melakukan sesuatu secara benar dan tidak ragu berdasarkan fakta yang akurat, tujuan yang jelas dan pertimbangan yang bijak.

Kiat Praktis Membangun Integritas

Untuk mengimplementasikan integritas dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi aparatur nagera, kita harus menumbuhkan kesadaran, kemauan dan berkomitmen pada diri sendiri. Tanpa hal tersebut, maka integritas merupakan keterrpaksaan dan menjadi sesuatu yang berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, integritas akan menjadi sebuah kebutuhan dan akan indah untuk dilaksanakan apabila tumbuh komitmen melalui kesadaran dan kemauan pada diri sendiri.

Kiat praktis yang harus dijaga dalam membangun integritas diri tersebut adalah membangun kebiasaan secara sadar agar: Berpikir positif, Selalu jujur/menepati janji, Teguh dalam komitmen dan tanggungjawab, Satukan kata dengan perbuatan, Memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien, Menjaga prinsip dan nilai-nilai yang diyakini, Lakukan sesuatu secara benar walau dalam keadaan sulit, Bersikap sopan terhadap diri sendiri dan orang lain, Berusaha memperbaiki kesalahan, Berusaha tidak mengulangi kesalahan, Demokratis dan menghargai pendapat orang lain serta patuh terhadap peraturan, ketentuan dan komitmen bersama.

Asmara Juana Suhardi, ST.,S.IP.,M.Si. adalah Mantan Jurnalis, Dosen FISIP UT Pokjar Natuna

Sumber : https://radarkepri.com/pentingnya-integritas-dalam-bekerja/

Sumber Gambar : https://radarkepri.com/wp-content/uploads/2019/04/foto-354×396.jpg

x

Check Also

Refleksi Reformasi, Demi Jati Diri Bangsa

Tanpa terasa tahun ini reformasi yang digagas para mahasiswa dan aktivis sosial ...