Home / Natuna News / Jadi Guru itu, Panggilan Hati?

Jadi Guru itu, Panggilan Hati?

(WartaKominfo) – 25 Nopember, seluruh kalangan masyarakat di Indonesia memperingati Hari Guru . Sedangkan di dunia, hari guru diperingati setiap tanggal  5 Oktober sejak tahun 1994. Tujuan dari diperingatinya hari guru ini adalah untuk memberikan apresiasi  kepada para guru di seluruh dunia sekaligus  meyakinkan mereka bahwa keberlangsungan generasi di masa depan ditentukan oleh guru.

Hari guru adalah hari dimana kita memperingati jasa yang selama ini telah diberikan oleh seseorang yang kita sebut “sang pahlawan tanpa tanda jasa”.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, salah satu tujuan negara adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Misi ini tentunya mustahil dilakukan tanpa mereka. Tanpa guru, maka tak ada dokter, tak ada pengacara, tak ada insinyur, tak ada polisi, dan profesi-profesi yang dianggap bergengsi lainnya.

Aktivitas yang kerap dijuluki sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” tersebut bukan sekedar profesi, melainkan panggilan dari hati. Panggilan dari hati untuk mencetak kader-kader bangsa yang berkualitas.

Hal tersebut diungkapkan oleh seseorang  yang sudah cukup lama mengabdi sebagai guru di SMA tertua di Natuna. Dia adalah H. Khairullah. Pria berusia 62 Tahun tersebut  mengawali karir sebagai tenaga pengajar di SMAN1 Bunguran Timur pada tahun 1985. Beliau berprofesi sebagai guru Pendidikan Agama Islam hingga pada Tahun 2007-2016  Khairullah dipercayakan untuk mengemban profesi sebagai Kepala Sekolah.

Selama kurang lebih 30 tahun menjadi agen pendidik, Khairullah menyikapi hari guru dengan harapan berupa tenaga-tenaga pendidik agar dapat mendidik dengan kreatif dan inovatif.

“Menyikapi hari guru atau hari persatuan tenaga kependidikan ini, kita harus berfikir bagaimana caranya  agar guru itu dapat  meningkatkan cara mendidik yang kreatif dan inovatif sehingga guru dapat menghasilkan anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan.” Tuturnya saat dijumpai WartaKominfo di Kediamannya. Senin, (26/11/2018).

“Menjadi seorang guru merupakan panggilan hati.  Saya dari awal, tamat SD sudah dididik menjadi guru, lewat Pendidikan Guru Agama (PGA)  selama 6  Tahun, kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi juga mengambil spesialis bidang pendidikan.” Lanjut Khairullah.

Kesan pria yang akrab disapa “Pak Hai” tersebut  selama 30 Tahun menyandang profesi guru adalah, beliau tidak pernah merasa  bosan sedikitpun.

“Menjadi guru itu enjoy, tidak membosankan, membuat saya menjadi semakin termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik.” Kata Khairullah.

Hal senada juga diungkapkan Septi (24) seorang guru BK di SMAN1 Bunguran Timur Laut. Menjadi seorang guru yang memang  terbilang baru ini juga menyadarkan Septi Musbai Putri bahwa menjadi guru bukan hanya profesi, melainkan panggilan hati.

“Karena septi merasa automatis timbul rasa sayang dan peduli kepada anak didik. Terutama perihal akhlak. Melihat kondisi akhlak siswa dizaman now ini sepertinya harus dengan pendekatan yang berbeda”, kata Septi saat dijumpai wartaKominfo.

Diperingatan Hari Guru ini,  guru BK di SMAN1 Bunguran Timur Laut ini berharap dapat menjadi sosok guru yang lebih baik lagi .

“Semoga benar-benar menjadi guru yang bermanfaat untuk siswa. Semoga anak-anak sukses, dapat lebih menghormati guru. Karena itu tadi, krisis akhlak yang luar biasa. Betapa banyak orang pintar, tapi akhlaknya kurang.” Jelas Septi.

Menjadi guru dengan panggilan hati, pasti akan menjadikan seorang  guru tersebut enjoy dan mencintai pekerjaannya. Sehingga, tidak mengajar dengan setengah hati. Akan tetapi, bagi guru yang bermental sepenuh hati, mengajar adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengetahuan dan semangat kepada anak didiknya.

Sedangkan  bagi yang bermental separuh, menjadi guru hanya perihal menerima gaji diawal bulan dan tidak berkeinginan untuk mengembangkan dirinya untuk memberikan perubahan dan pencerahan kepada anak didik dan masyarakatnya .

Sesungguhnya, menjadi guru adalah sebuah misi yang penuh dengan moralitas dan idealitas. Menjadi guru memang harus punya  panggilan hati  untuk mendidik,  panggilan peduli terhadap generasi kedepannya, panggilan untuk merubah dan mencerahkan kehidupan bangsa. Menjadi guru haruslah  lahir dari dasar batin, dari hati nurani untuk mendidik anak-anak bangsa. Jika tanpa panggilan hati,  perbuatan mendidik anak bangsa,  hanya ibarat tugas pokok rutinitas saja.

(Diskominfo/Fera)

x

Check Also

Bupati Natuna Serahkan Bantuan Hibah Mobil Tangki Air Kepada PDAM Natuna

(wartaKominfo) – Bupati Natuna, Wan Siswandi didampingi oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum ...